sekilas kisah (perjalanan) DI TEMPAT YANG MENGAGUNGKAN GURU


_________________
BERBAGI PENGALAMAN
================
Bagian i

SEKILAS KISAH  (PERJALANAN) DI TEMPAT YANG MENGAGUNGKAN GURU

Untuk memperkaya pengetahuan kita tentang pelaksanaan Lesson study, berikut beberapa pengalaman penulis dan rekan sejawat selama terlibat dalam berbagai kegiatan Lesson Study baik kegiatan yang dilakukan di jurusan/Fakultas, pendampingan di Kabupaten minahasa Utara, Kota Padang, Banjar Baru yang menjadi Pilot Proyek putaran ke II dari JICA, pelaksanan di tingkat propinsi, pengalaman selama berkunjung ke daerah sasaran I (Kab. Pasuruan, Kab. Sumedang, Kab Bantul) serta dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh direktorat Tendik, dan JICA.
PENGALAMAN PENULIS
____________________________________________
Satisfaction lies in the effort, not in the attainment, full effort is full victory (kepuasan terletak pada usaha,  bukan pada pencapaian, usaha yang gigih adalah kemenangan yang sempurna) Mahatma Gandhi
____________________________________________
Hal Pertama yang ingin penulis bagikan adalah catatan pengalaman penulis dan beberapa rekan peserta yang dirilis dari MEMORANDUM COUNTERPART TRAINING of LESSON STUDY IN JAPAN sebagai berikut;
Hari/Tangga                            : Hari I, Senin, 29 Juni 2009
Materi 1                                  : Sistem Pendidikan dan kultur guru di Jepang
Tempat                                    : Hotel JICA                                                     
Dipresentasikan oleh                : Prof. Izumi  NISHITANI, Fakultas Pendidikan, Universitas Gumma
Hal- hal yang diungkapkan oleh Prof. Izumi yang dapat direkam oleh penulis selama pertemuan adalah sebagai berikut;
1.     Kondisi Sekolah
Sebagian besar sekolah di Jepang berstatus sekolah negeri (milik pemerintah pusat dan pemerintah daerah) dan sebagian yang lain milik swasta. Seluruh biaya operasional sekolah negeri ditanggung oleh pemerintah dan sekolah swasta oleh swadaya masyarakat dan subsidi pemerintah. Jepang juga menerapkan Wajib Belajar (WAJAR) 9 tahun dengan 6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP. Proses pembelajarannya berdasarkan pada kurikulum nasioanal yang telah ditetapkan dan sekolah boleh mengembangkan sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan Agama diserahkan kepada keluarga masing-masing. Tahun ajaran baru dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Maret dengan sistem catur wulan dan sistem  semester untuk beberapa sekolah.  Buku-buku pelajaran yang digunakan oleh sekolah telah terlebih dahulu diseleksi dan diteliti secara ketat oleh pemeritah sebelum didistribusikan ke sekolah masing-masing. Guru dituntut memiliki kreativitas yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya dengan menyiapkan LKS dan buku-buku referensi yang relevan sebagai pengembangan pembelajaran.

2.  Tamatan Sekolah
Hampir seluruh tamatan SD melanjutkan pendidikannya ke SMP dan dari SMP ke SMA/SMK. Kompetensi/kemampuan akademik generasi muda di Jepang sekarang dinilai menurun bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Data menunjukkan bahwa hanya 50 % (dari seluruh siswa lulusan SMA/SMK) yang melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi. Ini berarti motivasi belajar mereka juga menurun.  Tingkat pemahaman siswa SD terhadap buku pelajaran sekitar 70%, siswa SMP 50%, dan siswa SMA/SMK hanya 30%. Ini merupakan tantangan bagi pemerintah Jepang untuk melakukan pembaharuan-pembaharuan sistem pendidikan.

3. Pembaharuan Sistem Pendidikan
Pemerintah telah melakukan berbagai perubahan sistem pendidikan. Sejak tahun 2008, orientasi kurikulum diarahkan pada pembekalan kekuatan/kemampuan/kecakapan hidup (life skill). Isi antar mata pelajaran terintegrasi dan dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat sekitar dengan penekanan pada pemecahan masalah (problem solving). Dengan pembaharuan ini, siswa tamatan SMA/SMK yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi (PT) program S1 dan dari program S1 ke S2 (Paska Sarjana) meningkat pada tahun 2009 ini. Sedangkan mahasiswa program S2 yang melanjutkan ke program S3 tidak ada peningkatan karena sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan. Pemerintah juga merencanakan untuk melakukan perbaikan mutu pendidikan nasional dengan memberlakukan kurikulum baru secara serentak dan menyeluruh  di semua sekolah  mulai tahun 2011 sampai dengan 2013. Dengan perbaikan kurikulum ini diharapkan ke depan mutu pendidikan di Jepang terus meningkat.

4.  Jam Kerja Guru
Sekolah dimulai pada pukul 8.00 pagi sampai dengan pukul 4.30 sore. Guru harus sudah mulai bekerja sebelum jam sekolah dan berakhir sampai usai sekolah, bahkan ada yang sampai pukul 21.00 malam karena mereka harus mempersiapkan kegiatan pembelajaran pada hari berikutnya. Pemerintah Jepang menetapkan 1 (satu) jam tatap muka adalah 50 menit. Kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler juga sangat banyak ragamnya sehingga menambah kesibukan dan tanggung jawab guru.

 5.   Sertifikasi Guru
Undang- undang tentang Sertifikasi Personil Pendidikan Tahun 2007 menyatakan bahwa sejak tanggal 1 April 2009 telah diberlakukan Sistem Perpanjangan Sertifikat Tenaga Pendidik yaitu 10 tahun sekali. Lama diklat paling sedikit 30 jam. Setiap guru membayar ¥ 20.000 sebagai biaya diklat. Pelaksana diklat adalah perguruan tinggi negeri. Guru yang dianggap tidak mampu akan diberikan pendidikan selama 1 tahun, kalau masih belum mampu akan diberikan diklat selama 1 tahun, dan kalau mereka tetap tidak mampu, akan diminta mundur sebagai guru.

Komentar

  1. Saya ingin berkomentar mengenai point pertama soal Kondisi Sekolah tentang pelajaran agama yang diserahkan ke keluarga masing-masing, menurut saya alangkah baiknya ada feedback juga dari sekolah mengenai mata pelajaran agama mengingat sekolah adalah rumah kedua para peserta didik dan menghindari adanya kurangnya pengetahuan agama yang diberikan oleh keluarga masing-masing dikarenakan kesibukan orang tua diluar sana, tak lupa juga untuk guru selalu memancarkan nilai-nilai sikap rohani kepada para peserta didik sebagai cerminan dari guru itu sendiri untuk sebagai model bagi peserta didik.Saya setuju mengenai guru harus kreatif dalam memberikan pelajaran yang terdapat pada point pertama, kenapa ? agar tujuan pembelajarannya berhasil, guru harus putar otak dengam segala ide kreatifnya agar bisa mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan dan indikatornya. -Mohammad Farhan Umar (18507042)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk permasalahan pelajaran agama yang ada di Jepang tentu akan sangat berbeda dengan pelajaran Agama yang ada di Indonesia. Jika pelajaran Agama di Jepang diserahkan ke keluarga masing-masing, di Indonesia, sekolah ikut bertanggung jawab akan pelajaran Agama karena Indonesia adalah 'negara beragama' itu yang membuat perbedaan yang besar antara Indonesia dan Jepang. Alasan kenapa Jepang tidak memberikan pelajaran agama karena di Jepang berpikir bahwa para siswa harus menghormati semua agama dan jika ada pengajaran agama tertentu di sekolah berarti mereka hanya mengutamakan satu agama tersebut dan meremehkan yang lainnya, padahal semua agama sama pentingnya. Masalah agama di Jepang itu menjadi pilihan pribadi masing-masing. Bahkan, keluarga sebenarnya tidak memiliki hak untuk menentukan iman dan kepercayaan anaknya sendiri ketika dia sudah dewasa.

      (Suiling Pontoh - 18507046)

      Hapus
  2. Saya inigin berkentar beberapa poin di atas

    Pertama tentang pembelajaran agama dalam sistem pendidikan di jepang menurut saya dengan memfokuskan pendidikan di rumah tanpa adanya pendidikan agama di sekolah membuat beban siswa dalam pembelajaran jadi berkurang sehingga mata pelajaran yang harus di pelajari siswa berkurang. Efek negatifnya mungkin tidak semua orang tua punya waktu dalam mengajarkan kepada anaknya sehingga anak/siswa tersebut tidak mendapat pengetahuan agama secara maksimal.

    Yang kedua yaitu tentang waktu mengajar guru dari jam 08:00-04:30 menurut saya cara ini kurang efektif karena dengan cara tersebut guru tidak memiliki waktu istirahat tapi dengan tunjangan yang sesuai dengan jam kerja guru ini tidak menjadi masalah lagi.

    Eep Mokoginta (18507007)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pendapat eep sangat baik tapi mengenai efek negatif eep menulis "Efek negatifnya mungkin tidak semua orang tua punya waktu dalam mengajarkan kepada anaknya sehingga anak/siswa tersebut tidak mendapat pengetahuan agama secara maksimal."
      Menurut saya kalau ortu sibuk di indonesia kalau hari minggu ada ibadah tentunya dari ibadah akan mendapat pengetahuan mengenai agama.
      Untuk agama agama ada yang namanya hari raya keagamaan nah dari hari raya keagamaan tentunya ada banyak pelajaran agama yang kita dapat..

      Ezra Ondang
      18507030

      Hapus
  3. Saya ingin berkomentar mengenai poin 1 pada kutipan paragraf diatas yakni di Jepang " Buku-buku pelajaran yang digunakan oleh sekolah telah terlebih dahulu diseleksi dan diteliti secara ketat oleh pemeritah sebelum didistribusikan ke sekolah masing-masing." Itu bisa memberikan inspirasi dalam menangani kasus yang pernah booming di Indonesia pada tahun 2012 yaitu peredaran buku pelajaran SD berbau konten dewasa . Sebaiknya sebelum buku pelajaran itu masuk dan didistribusikan ke sekolah lalu berlanjut ke siswa diadakan pemeriksaan oleh pemerintah namun jika ada oknum yang sengaja tetap mengedarkan buku SD berbau konten dewasa tersebut pemerintah lakukan pemeriksaan lanjutan baik terhadap konten buku maupun para komunitas pendistribusi buku dan berikan sanksi tegas terhadap oknum yang jelas - jelas melanggar.

    Claudya Lucas (18 507 037)

    BalasHapus
  4. Pada poin yang kedua yang berkaitan dengan tamatan sekolah SMA maupun SMK di Jepang yang mulai mengalami penurunan karena kurangnya tamatan yang melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi, itu mungkin bukan hanya terjadi karena motifasi belajar mereka turun. mungkin banyak dari mereka tamatan SMA maupun SMK yang ingin melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi tapi keadaan tidak memungkinkan karena faktor ekonomi yang kurang mampu. Sebaiknya jika pemerintah di jepang menginnginkan adanya peningkatan tamatan SMA maupun SMK yang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, seharusnya pemerintah mengadakan beasiswa untuk lanjut di perguruan tinggi bagi siswa yang berprestasi agar mereka dapat mengembangkan potensi mereka.
    Semoga Tuhan memberkati 🙏

    PARAMITHA PENANTA
    NIM : 18507026

    BalasHapus
  5. Pada poin yang pertama yaitu jepang menerapkan buku-buku pelajaran yang digunakan oleh sekolah telah terlebih dahulu diseleksi dan diteliti secara ketat oleh pemeritah sebelum didistribusikan ke sekolah masing-masing. Guru dituntut memiliki kreativitas yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya dengan menyiapkan LKS dan buku-buku referensi yang relevan sebagai pengembangan pembelajaran. Menurut saya itu sangat baik karena banyak pengalaman yang kita dapat dengan menerapkan hal tersebut dan guru itu dituntut memiliki kreativitas dengan kreativitas guru tersebut guru menjadi teladan untuk para siswanya.
    Sella Agansi (18 507 002)

    BalasHapus
  6. Pada point pertama bagian terakhir dituliskan "Guru dituntut memiliki kreativitas yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya dengan menyiapkan LKS dan buku-buku referensi yang relevan sebagai pengembangan pembelajaran"

    Saya ingin memberi komentar,
    Jika guru dituntut untuk kreatif tentunya harus ada gaji yang sesuai karena untuk membuat media pembelajaran perlu biaya. Kadang guru punya ide kreatif tapi terhalang biaya

    Ezra Ondang
    18507030

    BalasHapus
  7. Yang saya dapatkan disini adalah tentang jenjang sekolah yang berkelanjutan di jepang hampir semua yg tamat sd melanjutkan ke smp lalu sma point sangat menonjol pada komentar positif oke pembaca namun kekurangan dari sistem di jepang ini adalah pendidikan agama yang hanya di dapat siswa melalu keluarga tingkat pengetahuan siswa tentang agam relatif kurang di karenakan tidak semua orang tua memiliki waktu yang cukup untuk mengajar agama apalagi seperti yang kita ketahui bahwa jepang adalah negara dimana rakyatnya adalah para pekerja keras.
    WANDA MARIA SASUE(18507018)

    BalasHapus
  8. Dengan informasi mengenai pendidikan di jepang saya baru mengetahui bahwa pendidikan agama hanya d berikan di dalam keluarga, tetapi menurut saya jika pendidikan agama hanya d berikan dalam keluarga itu kurang baik, karena belum tentu orang tua itu bisa meluangkan waktu untuk memberikan pendidikan agama seperti yang d berikan d sekolah karena banyak yang harus d urus orang tua seperti bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dan disini juga sya rasa kinerja guru dalam menyiapkan materi pembelajaran yang akan d bawakan besok itu kurang baik karena guru datang k sekolah seblum jam 08.00 dan pulang jam 21.00 menurut saya kinerja guru ini kurang efisien karena seorang guru tidak hanya bertanggung jawab atas materi pelajaran yang akan d berikan besok saja tetapi guru juga memiliki tanggung jawab dalam keluarga. Tetapi pendidikan d jepang menekankan kreativitas yang tinggi dalam menyiapkan buku" referensi yang relefan sebagai pengembangan pembelajarab dan d jepang juga pendidikan yang paling d utamakan.

    BalasHapus
  9. Dibalik saya berkomentar dan saya juga ingin menambahkan sedikit dari yg saya baca di artikel"


    Pesatnya perkembangan teknologi dan industri di negeri matahari terbit, sudah tak bisa disangkal lagi. Berbagai negara berdatangan hendak mencontoh kesuksesan sistem pendidikan yang selama ini dikembangkan di negeri ini. Catatan performa para siswa Jepang terutama dalam bidang matematika dan ilmu alam selama dua dekade terakhir senantiasa menjadi tolak ukur kesuksesan itu.

    Namun sebetulnya dibalik kesuksesan itu, Jepang sendiri sempat mengalami kekurangpuasan dengan sistem pendidikan yang mereka miliki, khususnya antara tahun 1980an sampai sekitar tahun 1990an. Akibatnya, kementrian pendidikan berupaya melakukan serangkaian reformasi yang berpengaruh pada kebijakan-kebijakan pendidikan yang berkembang saat ini. Meski begitu, kebijakan-kebijakan atas reformasi itu sendiri masih sering menjadi bahan perdebatan di kalangan para stakeholder dan pemerhati pendidikan.Di satu pihak, ada yang berupaya mengembalikan sistem pendidikan Jepang pada agenda awal dengan mengembalikan fungsi kurikulum secara penuh. Di lain pihak ada yang bersikukuh mendorong Jepang makin meningkatkan standar akademik, seiring dengan pengembangan program “Super Science” untuk siswa-siswi sekolah lanjutan atas, yang notebene untuk mereka dengan kemampuan di atas rata-rata.

    (Stephanie Claudy Manurung
    18507009)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

UJIAN Tengah Semester PBuPB

UJIAN AKHIR PROGRAM SEMESTER

SILABUS MK EVOLUSI